Aku tau semua itu. Aku tau Dina sudah siap berada disebelahku, untuk menjadi sandaranku. Tapi aku ingin sendiri.
Aku tau semua itu karena pada saat itu aku sedang berada disebelah ruangan kelas-nya. Aku tau waktu itu Ka Hafsha teriak meminta tolong. Aku juga sudah tau bahwa selama ini Ka Hafsha mempunyai perasaan tersendiri untuk Sandy. Aku tau waktu kejadian itu Sandy berlari menuju kelasnya dengan wajah pucat. Aku tau saat itu, bahkan aku rela untuk tetap berada disitu, memastikan Sandy keluar kelas dengan keadaan baik-baik saja. Tapi aku tau, aku salah. Dan pada saat itu aku tau, he has chosen. Dia sudah memilih, bukan, bukan dia yang memilih. Tapi memang itu sudah kehendak Allah, dan aku harus menerima kenyataan pahit itu.
Dan pada saat itu aku tau, bahwa harapanku sudah terhenti sampai detik itu saja. Bahwa dia tidak pernah tau perasaanku. Aku menyesal, sangat menyesal. Kalian tau betapa sakitnya ditinggal untuk selama-lamanya oleh orang yang kita suka? Bahkan dia tidak pernah mengetahui perasaan kita yang sebenarnya?
Saat itu sekolah dibubarkan. Aku langsung menyusul mereka kerumah sakit. Aku menuju ruang UGD. Semua orang menangis. Lihatlah itu! apa-kau tega melihat kita semua menangis? Masih banyak yang menyayangimu. Berharap kesembuhan atas penyakitmu. Tolong... demi Orangtuamu, keluargamu, sahabatmu, teman-temanmu, demi aku...
Tidak lama kemudian Dokter yang menangani Sandy keluar dari ruang UGD menghapus sepercik harapanku dan orang-orang yang menyayanginya. Suasana bertambah duka. Terlihat Ibunda-nya yang tiba-tiba pingsan mendengar berita duka ini. Ayahnya berusaha untuk menenangkan istrinya dan dirinya sendiri. Guru-guru dan Kepala Sekolah yang ikut hadir disana pun menangis terharu. Mengucapkan turut berduka-cita. Aku juga melihat Ka Hafsha-dan entah siapa disebelahnya yang menangis kehilangan. Ka Hafsha sedang bersandar dibahu seorang cowo disebelahnya. Mungkin dia sahabatnya Sandy. Dan Aku? Aku berjalan dengan tubuh setengah tak tersadarkan. Aku merasa ada sesuatu yang hilang dalam tubuhku. Rasanya aku tidak kuat berjalan. Aku bersandar dibalik tembok ruang UGD. Menangis. Hanya Itulah yang dapat kulakukan sekarang. Kepalaku pusing. Aku pengen tidur. Aku pengen sama-sama terus sama dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar