Sepi. Hanya ada aku dan Dina yang menemaniku. Aku belum mau pulang. Aku masih mau memandangnya bermain ditengah lapangan.
“Lun udah sore. Pulang yuk....” ajak Dina sambil menjatuhkan lengannya dibahuku. Aku melepaskannya. Dina tetap berada disampingku.
Hembusan angin ini menerpa keras tubuhku. Semua ini berlalu begitu cepat. Bahkan aku tak sempat mengenalnya. Berkenalan, menjadi teman dekat dan... aku memang terlalu banyak berharap! Apa semua ini benar benar nyata? Tidak, tidak bisa! Semua ini hanya mimpi buruk dan setelah ini aku akan terbangun. Oh tuhan semua ini begitu berat bagiku, aku tidak bisa menerima semua ini.
“Pulang yuk....” ajak Dina lagi. Untuk beberapa detik aku tidak menjawabnya. Aku masih sibuk dengan pemikiranku.
“Dia masih hidup Din! Masih hidup!!! Kemarin Dia cuma pingsan doang”
“Luna! Terima semua ini! Terima kenyataan ini! Diatuh udah meninggal! Udah tenang disana!” Dina berbalik menatapku. Air mengalir dipipiku. Semua ini membuatku begitu sesak. Aku terjatuh.
Tatapannya. Senyumannya. Tawannya. Semuannya. Membekas didalam hidupku. Dia... kisah terindah dalam hidupku. Aku teringat semuanya. Semua kenangan saat didekatnya. Saat pertama kali menatapnya. Saat aku mulai merasakan. Cinta ini...
Dina mengelus pungggungku. Aku tahu hanya Dina yang mengertiku saat ini. Aku lelah. Merasa nyaman untuk beberapa sesaat. Rasanya aku ingin sekali pergi meninggalkan semua ini. Disurga... bersamanya.
“Hidup kamu masih panjang na....”
“Dia pasti sedih ngeliat kamu sedih. Percaya sama aku na....”
Sedih? Dia sedih melihatku disini? Dia yang ninggalin aku disini! Ninggalin aku bersama semua kenyataan yang begitu menyakitkan.
Dina memelukku. Aku mengikutinya. Tubuhku lemah. Aku terlalu sakit. Selemah inikah kau lun? Dan dunia menjadi gelap... untuk saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar