Aku berjalan lebar membentang lapangan basket sekolahku, menuju ruangan kelas. Aku memang tidak suka berjalan lama-lama, apalagi membentang lapangan seperti ini. Aku malu, walaupun sekarang sekolah masih terbilang sepi.
Becek. Rupanya tadi malam habis hujan. Aku memang menyukai hujan. Tapi aku tidak menyukai becek. Hari ini hari senin, Sial aku pake rok putih!
Aku sampai depan kelas. Meninggalkan tasku dimejaku lalu join bareng teman-temanku diluar. Ngobrol. Itu sudah menjadi ritual pagi kel as kami. Aku melihat ke arah kelas-nya. Kearahnya. Deg! Mataku bertemu matannya. Dia sedang melihat kearah kelasku. Ralat, aku. Tapi bukan dia, tepatnya teman disebelahnya. Siapa? Aku rasa, aku mengenalinya... Tidak! Mungkin! Hmm, kita satu sekolah bukan?
Sandy. Tulisan ini buatnya... Orang yang selama ini membuatku bangun lebih awal, membuatku lebih semangat bersekolah, tidak pernah ada kata absen dinamaku... yang selama ini membuatku lebih rajin belajar, motivasiku... yang selama ini membuat hari-hariku indah berwarna, membuatku lebih ceria... membuat hatiku lebih kuat akan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Tapi mungkin semua ini salah. Tulisan ini memang buatnya.... tapi sekarang dia bukan lagi orang yang selama ini membuatku bangun lebih awal, membuatku lebih semangat bersekolah, tidak pernah ada kata absen dinamaku... yang selama ini membuatku lebih rajin belajar, motivasiku... yang selama ini membuat hari-hariku indah berwarna, membuatku lebih ceria... Semua ini salah! Aku salah! Aku menyesal pernah mengenalnya bahkan dia tidak bisa membuat hatiku lebih kuat akan apa yang terjadi selanjutnya! Setelah apa yang terjadi, dia pergi gitu aja meninggalkan semua kenyataan-kenyataan yang ga pasti.
“Lun....” Dina berdiri disebelahku. Aku mengalihkan pandangan kesekitar. Menahan tangis untuk kesekian kali.
“Aku ga kuat din...” Aku memang cengeng, tidak bisa menahan tangis. Tapi jujur saja, kalau aku bisa memilih, aku akan memilih untuk menjadi orang yang kuat. Aku menghapus air mataku.
“Aku tau.... kamu harus ikhlas”
And the time continue to run... but I’ve tried. Hold for you, because I love you....
Ah sial!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar